Sabtu, 03 Maret 2012

Copas : Tuhan, apakah Kau akan memaafkan Pelacur sepertiku? [Kisah Nyata]

Original from kaskus.us by  tania.lovely

 Part 1

Dear diary,

diary, malam ini umurku bertambah 1 tahun, sekarang umurku 24 tahun. Tak terasa Sudah hampir seperempat abad aku menjalani hidup di dunia yang tak adil ini. Setiap kali ulang tahun aku selalu teringat masa kecilku diary. Km tau gak? Dulu hampir setiap tahun selama hampir 10 tahun, ulang tahunku selalu dirayakan dengan meriah loh? Ayah dan bunda begitu memanjakanku, aku rindu masa-masa kecilku dulu, masa penuh keindahan dan tawa ceria. Ayah selalu memberikanku hadiah boneka setiap aku ulangtahun, sedangkan bunda selalu masak banyak sekali makanan. Semua teman2 sekolah dan sekitar rumah aku undang merayakan ulang tahunku, selalu meriah saat itu. Pernah saat ulang tahun ke 7 dan ke 9 ayah mengundang badut juga, kami semua dihibur dengan tingkah lucu badut itu, tapi tidak dengan amir, kamu tau kan amir? Itu lho anak pak suprat, tetangga depan rumah! Dy ketakutan melihat badut, dy menangis sejadi-jadinya dan berakhir dengan air kencing dy yg membasahi karpet rumahku, dy ngompol!haha 2x badut kerumah 2x pula dy mengompol, kami semua tertawa melihatnya, sebuah kejadian lucu dan konyol ya? Aku selalu tertawa kalo mengingat peristiwa itu. Maaf ya diary, entah sudah berapa banyak aku menceritakan cerita ulang tahunku saat kecil, mungkin km bosan, tapi dengan mengingatnya membuatku senang. Tapi sekarang sudah berbeda jauh ya?

Aku menjalani kehidupanku sendiri tanpa ayah dan bunda, hanya ditemani 2 buah hatiku. Oya, semalam km jaga mereka kan? Mf ya diary, aku selalu merepotkanmu, meninggalkanmu dan mereka setiap malam.
Diary, sampai kapan ya hidup kami akan seperti ini? Aku ingin lepas dari cengkraman mami, tapi kami harus pergi kemana? Aku gak tau harus kemana, aku ingin pergi jauh dari kota ini. Sudah bosan setiap malam aku melayani monyet2 berwujud manusia itu, aku tak mau hidup seperti ini terus, aku ingin merubah hidupku. Aku sudah gak kuat dengan bau keringat mereka, aku gak tahan lagi saat mereka menjilatiku, menggigitku, mencengkram kasar tubuhku, mereka benar-benar seperti monyet!! aku gak tahan diary, aku sudah gak kuat. Tapi apa daya, hanya ini yg bisa aku lakukan sekarang, kalo tak seperti ini mau aku kasih makan apa arif dan riski? Mau aku bayar pakai apa hutang-hutang mas wawan ke mami, Seandainya suatu saat km tau jalan keluarnya, tolong kasih tau aku ya diary? Maaf ya diary, km hanya jadi tempatku menampung keluh kesah. Bertahun-tahun km menemaniku, tapi aku hanya selalu merepotkanmu. Terima kasih ya hari ini mau menjaga arif dan riski lagi. Aku mau istirahat dulu? I love u diary

Part 2

Dear Diary,

diary, kemarin sore ada kejadian lucu yang aku alami. Km ingat kan sama pak toyo? Tukang becak langgananku? Itu lho Yang biasa dipanggil Abah, kalo biasanya kan dy selalu diam saat mengantarku ke tempat mami, kalaupun bicara pasti cuma sepatah dua patah kata , kemarin malam dy bernyanyi lho diary? Dy bernyanyi tembang jawa gitu saat narik becak, lucu sekali dy bernyanyi sambil mengangguk-anggukan kepalanya, dy seperti menyanyikan lagu itu buatku, tapi aku tidak tau arti lagunya.

Cuma Abah lah Pria di kota ini yang tak memandangku sebagai Pelacur, dy menghargaiku sebagai wanita. Dy selalu bersikap sopan kepadaku, tak pernah aku liat wajah mesum di wajahnya, tak seperti tukang becak lain. Sepertinya Abah juga tau bahwa menjadi pelajur bukanlah keinginanku, Makanya aku nyaman berlangganan becak sama beliau.

Sosok Abah mengingatkanku pada ayah, walaupun Abah sudah terlihat seperti kakek-kakek dan umurnya berbeda jauh dari Ayah, tapi gak salah kan kalo aku menganggap Abah sebagai ayahku, keduanya pria yang aku hormati. walau cuma di hatiku sendiri, aku selalu mengucap "pelan2 ya yah?" saat Abah mulai mengantarku dengan becaknya. Aku aneh ya diary?hehe

oiya, tadi subuh saat pulang, aku lihat hasil tes ulangan arif, semua nilai mata pelajarannya diatas 80 lho? Aku bangga sama dy diary, aku tidak harus membayar uang BP3 di sekolahnya, dy begitu cerdas sehingga selalu mendapatkan beasiswa prestasi. Kamu juga harus bangga ya? Bisa serumah dengan anak secerdas arif, beda sekali denganku dulu yang tak menganggap penting sekolah, semoga saja kelak dy meraih beasiswa terus sampai SMA, atau bahkan sampai menjadi insinyur?hehe semoga ya diary? Jangan sampai dy seperti aku dan mas wawan, menjadi pendosa laknat di negeri ini.

Sedangkan riski, jagoan kecilku, aku liat buku tulisnya, aku tersenyum sendiri melihat tingkah jagoan kecilku ini. Di setiap halaman bukunya, pasti ada gambar mobil! Walaupun masih TK Besar dy pintar menggambar, begitu detil dy menggambar, ada spionnya, ada setirnya, ada lampunya, tapi aku tersenyum melihat gambarnya, terkadang spionnya lebih besar daripada rodanya!haha, saat kutanya apa cita-citanya dy selalu keukeuh menjawab, dy sangat berambisi menjadi supir angkot, katanya biar bisa naik mobil setiap hari. riski lucu ya diary? Dy sangat menggemaskan, Dy mirip sama mas wawan. Aku kasihan sama riski, aku cuma bisa membelikan dy mobil-mobilan kecil dan murahan. semoga kelak dy bisa jadi pelukis handal. Dan dapat membeli mobil semaunya

Doakan kedua buah hatiku ya diary, cuma mereka yang aku miliki sekarang, cuma mereka harapanku di masa depan, aku harap mereka tidak akan pernah tau bundanya seorang Pelacur, km ngumpet baik-baik ya diary, jangan sampai kamu ditemukan arif dan riski. Sudah ya diary? Aku mau menggoreng telur, sebentar lagi arif dan riski pulang. I love u diary.

Part 3

Dear Diary,

Diary, semalam aku mendapat tamu yang aneh. seorang bapak2, mungkin berumur 45 tahunan. Pakaian dy klimis, rapih dan berdasi, perawakan dy tinggi, kulitnya hitam, badannya besar, perutnya agak buncit, dan kumis beserta brewoknya sangat tebal. Awalnya aku takut sekali melihatnya, tubuhku yang kecil ini harus melayani monyet sebesar itu. Oh salah lebih pantas disebut kingkong. Tapi apa daya, dy memilihku di loby dan kemudian membayar ke mami, gak tanggung-tanggung, dy bayar buat long time bersamaku alias semalam suntuk, aku begitu takut diary, ingin rasanya aku segera pingsan saja dan dy membatalkan niatnya menyentuhku.

awalnya aku pikir dy monyet kantoran yang bosan tidur dengan istrinya. Tapi ternyata aku salah, salah besar diary. Ketika aku mulai melepas kancing bajunya dy bersikap biasa saja, tapi ketika aku akan melepas celananya, dy melarangku. dy kemudian tidur tengkurap di ranjang dan memintaku memijit punggungnya. Aku turuti saja perintahnya, tanganku yang kecil ini naik turun memijat punggungnya yang tebal akan gumpalan lemak. Selama lebih dari setengah jam aku memijitnya, dy tak bicara sama sekali, hanya matanya saja yang terus melihatku tajam. Mungkin dy sedang membayangkan perbuatan yang mesum saat melihatku.

Tiba-tiba dy duduk bersila diary, badannya masih terlihat besar saat duduk di depanku. Aku begitu takut, pasti dy akan segera menerkamku habis-habisan, tapi ternyata tidak. Dy malah tersenyum dan kemudian mengajakku berjabat tangan. Dengan sedikit keraguan aku balas menjabat tangannya, dy mengenalkan dirinya, namanya raharjo. Dy tertawa melihatku ketakutan menjabat tangannya. Aku merasa dy tamu yang aneh, sudah hampir 1 jam kami di kamar, tapi dy tidak segera menjamahku seperti monyet-monyet lainnya. Aku disuruhnya duduk di kasur dan dy menjauh duduk di kursi. Kemudian dy menyalakan rokok dan mengajakku ngobrol. Suaranya berat sekali tapi terdengar lembut, terlihat sekali dy seseorang yang bijak dan penyabar. Banyak sekali yang dy tanyakan kepadaku, tentang siapa aku, berapa lama aku melacur, kenapa aku melacur. Entah kenapa aku tidak bisa berbohong semalam, biasanya aku selalu berbohong tiap ada monyet yang tanya macam2 tentang jati diriku. om harjo, begitu dy memintaku memanggilnya, selalu tertawa dan tersenyum saat aku menjawab pertanyaan2nya. Padahal tidak ada yang lucu sama sekali. Dy aneh ya diary? Aku juga ceritakan tentang kedua jagoanku arif dan riski. Dy hanya terdiam tak banyak berkomentar mungkin dy kasihan dengan nasib kehidupan kami, tapi saat aku menceritakan tentang mas wawan yg sedang dipenjara, dy terlihat emosi dan tidak suka aku menceritakannya, entah mengapa demikian.

Dan yang paling bikin dy makin aneh adalah saat dy menyuruhku tidur diary, dy memaksaku untuk tidur di ranjang dan dy tetap duduk di kursi, aku sudah siap jikalau tau2 dy memelukku atau langsung menindih tubuhku, banyak sekali monyet2 yang punya ritual aneh sebelum mereka menyalurkan hasratnya, tapi sampai aku terlelap, aku tak merasakan ada tubuh lain di ranjang selain aku sendiri. Tapi tak kuhiraukan hal itu, dy sendiri yang menyuruhku tidur, maka aku tidur. Kapan lagi aku dapat tamu seperti ini. Dan km tau gak diary? Saat adzan subuh aku terbangun dan aku tak melihat om harjo di kamar, dy sudah pergi. Aku liat beberapa lembar uang di meja, uang itu ada tulisannya diary, om harjo aneh ya?jangan2 dy wartawan yang sedang melakukan peliputan berita tentang kehidupan pelacur sepertiku? Aku ambil uang itu, aku liat Ada 2 lembar yang ada tulisannya. "untuk jajan anak2mu." dan lembaran lainnya kosong. Aku jadi heran, padahal dy sudah membayar ke mami, buat apa pula dy memberiku uang lagi. Selama aku menjadi pendosa sampai saat ini, hanya dy tamu yang paling aneh diary, tak menjamahku, tak menggigitku, tak memaksaku dan malah memberiku uang.

Entahlah kenapa dy bisa seperti itu, tapi aku sangat berterimakasih kepadanya. Uang pemberiannya bisa menambah jumlah tabunganku. Semoga aja makin sering aku mendapat tamu sepertinya, menyuruhku tidur dan memberiku uang!hehe tapi sebaik apapun tamu-tamuku, pekerjaan ini tetaplah kotor diary, aku benci pekerjaan ini. Ingin segera aku melunasi hutang mas wawan ke mami, tapi aku tak tau kapan bisa lunas.

Tadi saat pulang aku sempatkan beli bubur ayam diary, arif dan riski lahap sekali memakannya saat sarapan, aku bahagia melihat mereka riang saat makan, km tau sendiri kan diary? Jarang2 mereka makan daging. Sarapan mereka hanya bubur putih setiap pagi, aku kejam ya diary? Tp hanya itu yang mampu aku beli untuk mereka. Untung saja semalam aku dapat uang lebih jadi mereka bisa sedikit merasakan daging ayam. Biarlah aku yang menanggung dosanya, yang penting mereka kenyang makan bubur itu, biar saja uang itu haram, aku tak peduli. Senyum mereka membuatku bahagia dan semangat menjalani hidupku yang kotor ini. Sudah ya diary? Malam ini aku akan mengajak arif dan riski ke pasar malam, aku ingin memanjakan mereka dengan uang om harjo, 

Part 4

Dear diary,

diary, tadi siang aku ke rumah setan mami. Semalam mami menyuruh aku dan teman2 pelacur lainnya berkumpul di rumahnya siang ini. Awalnya aku bingung, mau disuruh apa siang2 ke tempat laknat itu. Apa mungkin mami menerima monyet2 bejat itu di siang hari?

Terpaksa dengan berbagai alasan aku meninggalkan arif dan riski di rumah, mereka merengek ingin mengikutiku. Tak mungkin kan aku ajak mereka ke tempat mami, setau mereka pekerjaanku adalah buruh pabrik yang bekerja di malam hari, bukan seorang pelacur. Kasihan ya mereka diary? Selalu aku bohongi.

Saat sampai sana aku heran diary, halaman rumah mami ada 2 mobil terparkir rapi, semuanya berplat mobil pemerintah, dan salah satunya mobil ambulans . Abah yang mengantarku saat itu juga bingung melihatnya, tak biasanya dy melihat pemandangan seperti itu saat siang hari. Ketika aku sampai disana, terlihat beberapa temanku sedang berdiri menggerombol di depan rumah. Sepertinya mereka sedang membahas sesuatu diary. Aku hampiri mbak wati, km ingat kan mbak wati? Dy senior di rumah mami, anak angkat pertama mami dan paling baik sifatnya, walaupun sudah berumur tapi dy masih terlihat awet muda. Saat aku bertanya ada apa dy menjawab akan ada penyuluhan tentang seks bebas atau apalah aku tak begitu mengerti. Aku senang mendengarnya, mungkin saja orang-orang pemerintah ini berniat menutup tempat ini dengan bicara baik2 sama mami, dengan begitu aku bisa bebas dari cengkraman mami.

Beberapa saat kemudian mami keluar dan menyuruh kami semua para "anak angkatnya" yang menunggu diluar untuk masuk. Di dalam loby rumah yang sempit itu sudah tertata rapi tikar di lantai, tak kulihat sofa-sofa merah tempat kami biasa memamerkan kemolekan tubuh kami ke monyet2 yg datang setiap malam. Kami semua disuruh duduk lesehan di lantai, aku lihat semua temanku, ada 15 orang yang hadir, artinya kurang 1 orang yaitu lilis. Dy kemana ya? Apa dy tidak takut tak menuruti perintah mami? Aku begitu takut dengan mami diary, dulu sekalinya aku melanggar perintahnya, para pengawal mami menampariku tiada henti dan kemudian memakanku sepuasnya secara bergiliran. Aku benar2 kapok melawan perintahnya. Semoga saja lilis segera datang. Aku takut dy dijadikan mainan nanti malam, lilis masih baru dan umurnya masih belasan tahun.

Setelah kami semua duduk seorang ibu2 bertubuh pendek maju dan berdiri di depan kami, dy mengenalkan dirinya, dy seorang dokter diary. Kemudian dy mulai menjelaskan tentang bahaya seks bebas dan akibat2nya. Aku sangat antusias mendengarnya, apalagi setelah melihat mami, wajah dy pucat pasi dan terlihat ketakutan, semoga saja setelah tau hal ini mami menutup rumah laknatnya.

Setelah ibu dokter selesai berbicara, kali ini seorang pria kurus paruh baya maju dan mengenalkan dirinya, dy berseragam pakaian pegawai pemerintah, wajah dy tak asing bagiku, tak salah lagi diary dy pernah menjelma menjadi monyet beberapa malam lalu, dan aku yang melayaninya. dy membawa kotak kardus kecil berwarna hijau. Aku bertanya2, apa yg sedang monyet itu lakukan disini?

Dy mengeluarkan beberapa bungkus plastik kecil dari dalam kardus, apa kamu tau diary isi plastik itu apa? Isinya kondom diary. Dengan memegang kondom dy menjelaskan manfaatnya dan menghimbau kami semua para pelacur, untuk menyuruh para tamu memakai kondom itu saat kami melayani mereka.

Harapanku pupus diary, para pegawai pemerintah itu tidak berniat menutup tempat ini, tapi malah membagikan gratis kondom itu ke kami. 1 orang mendapat 1 kotak berisi 20 kondom. Sungguh ironis ya diary? Dengan penuh senyuman mereka membagikan kondom itu? Apa dengan begitu artinya mereka mendukung adanya lokalilasi pelacuran seperti ini? Apa negara ini mengijinkan adanya pelacuran? Aku kecewa diary, aku kecewa dengan negara ini!!

Setelah beramah tamah dengan kami orang2 pemerintah itu pergi diary, sekarang berganti mami yang berdiri di depan kami. Dengan nada lantang dy menyuruh kami mengumpulkan kotak kondom tadi, dy beralasan kalau memakai kondom tamu-tamunya akan kabur, karena menurutnya, memakai kondom itu tidak enak bagi para tamu. Mami bilang cukup dengan pil yang dy berikan setiap malam, maka kami semua akan kebal dan tidak mungkin hamil, Pil merah kecil yang aku tak tau apa namanya. Entahlah dy jujur atau tidak yang jelas aku memang tidak pernah hamil selama melacur.

Aku pulang dengan langkah gontai diary, aku selalu berharap ada orang yang menutup tempat laknat itu. Tau seperti ini mending tadi aku dirumah saja ya diary? Menemani arif dan riski bermain. Semoga saja aku tidak akan terkena penyakit kelamin ya diary? Setelah hutang ke mami lunas, aku akan pergi diam-diam dari kota ini. Sudah ya diary? Aku harus bersiap-siap sekarang, mami tidak mengenal kata telat, aku harus sampai di rumahny a tepat waktu. Aku titip arif dan riski ya diary? Jaga mereka malam ini. I love you diary

Part 5

Dear Diary,

Diary, mulai hari ini arif dan riski naik kelas loh? Arif ke kelas 5 dan riski kelas 3. Tak terasa Mereka bertumbuh besar ya diary? aku bersyukur, walaupun hanya kuberi makan seadanya mereka tetap tumbuh sehat. Tapi, aku makin kewalahan menghadapi mereka diary, arif semakin kritis dan cerdas. Dy selalu menanyakan kenapa aku selalu masuk kerja malam, dan tidak pernah masuk pagi seperti buruh2 lainnya? Berkali-kali aku beralasan kalau itu sudah menjadi peraturan perusahaan, tapi arif sepertinya tidak percaya. Sedangkan riski, dy makin nakal saja ya diary? Kamu lihat sendiri kan? Beberapa kali aku memarahinya, banyak sekali keinginannya. Dy benar2 banyak maunya mirip denganku saat kecil. Tapi wajahny mirip dengan mas wawan ya? melihatnya aku jadi merasa ada sosok mas wawan hadir dirumah, walaupun terkadang dy menyebalkan, tapi aku merindukannya diary.

Diary, kira-kira mas wawan sedang apa ya di penjara? Sudah lebih dari 7 tahun dy penjara, selama itu pula setiap bulan aku mengiriminya surat, tapi hanya sekali dy membalasnya. Itu pun sudah 5 tahun lalu, kalau 5 tahun lalu mas wawan bilang sedang belajar membaca al-quran, mungkin sekarang dy sudah fasih ya diary? Beda sekali denganku saat ini, aku masih terikat di dalam lingkaran setan mami. Sebegitu banyak hutang mas wawan sehingga 7 tahun aku menyicilnya pun belum lunas juga. Semoga dy lekas bebas ya diary? Dy memang pendosa sepertiku, tapi aku harap dy sudah tobat terlebih dahulu di penjara. Kalau mengingat saat bersama mas wawan sungguh indah ya diary? Walaupun hidup kami serba kekurangan, tapi dy selalu membuat tawa dirumah ini, tak ada kesedihan di rumah ini, walaupun hanya makan nasi garam kami menikmatinya dengan lahap. Kebahagian kami makin bertambah saat arif lahir, setiap hari mas wawan menggendong arif bayi dan bernyanyi, "arif hidayat, putranya darmawan hidayat..arif hidayat, putranya darmawan hidayat". Saat arif lahir, mas wawan makin keras bekerja ya diary? Walaupun serabutan di pasar dy selalu berusaha membelikan kebutuhanku dan arif semampunya. Aku bahagia menjadi pendamping hidupnya.

Tapi semua berubah saat kehamilan riski diary, aku begitu manja saat itu. Entah karena ngidam atau apa, aku selalu iri dengan tetangga2ku, mereka beli itu aku pengen, mereka beli ini aku pengen. Aku merengek ke mas wawan minta dibelikan juga, kalau tidak aku akan menangis. tindakan tololku itu merubah mas wawan diary, dy mau melakukan apa saja asal dapat uang. Sampai pada akhirnya dy kenal dengan mami dan menerima tawaran pekerjaan haram darinya.

Mas wawan disuruh mengantar para pelacur mami yang dijual ke batam, sekali dua kali dy sukses melakukan pekerjaan tersebut. Tapi pada saat mengantar yang kelima kalinya mas wawan berubah diary, dy menjadi jahat, dy bunuh anak buah mami dan dy bawa kabur uang hasil penjualan pelacur itu, uang itu sangat banyak diary, cukuplah untuk membeli rumah. Sepertinya dy terobsesi memenuhi keinginanku sehingga dy nekat berbuat seperti itu. 2 minggu setelah membunuh temannya, mas wawan tertangkap di lampung saat akan menyeberang naik kapal. Aku hanya tau keadaannya lewat koran diary, dy dikenakan pasal berlapis dan diancam hukuman mati di pengadilan lampung. Semoga saja ada keajaiban, sehingga mas wawan bisa bebas dan kembali kesini.

Semua ini gara2 ulah tololku diary, mas wawan menderita karena aku. Akibatnya aku mendapat getahnya juga, 3 bulan setelah riski lahir, mami datang dan meminta ganti rugi kehilangan uang hasil penjualan pelacurnya itu kepadaku. Aku tak tau bagaimana cara membayarnya diary, melihat paras wajahku yang kata orang cantik dan manis, mami memintaku menjadi pelacur dirumahnya diary, dy bilang itu untuk mencicil uang haram yang dianggapnya hutang . Kalau aku menolak dy mengancam akan menculik arif dan riski kemudian menjual organ tubuh mereka. Aku takut diary, aku sangat takut kehilangan mereka! Ini semua terjadi karenaku diary, aku harus menuruti kemauannya untuk melacurkan diriku, dari dulu sampai sekarang dan aku tak tau entah sampai kapan. Maaf ya diary km selalu terbebani cerita tragisku ini? Doakan mas wawan di lampung ya diary. I love you diary.

Part 6

Dear Diary,

Diary, seminggu lalu aku liat pemandangan berbeda di rumah mami. Dan berulang kembali semalam, kamu tau kan tiap malam kamis ada 3 tamu istimewa di tempat mami? Tamu yang mami agung-agungkan, tamu yang selalu mami beri uang dan pelayanan gratis. Mereka seperti Raja di rumah mami, tertawa terbahak-bahak dan pesta minum bir sambil terkadang meraba tubuh kami para pelacur. Mereka monyet berseragam diary, orang bilang mereka abdi negara dan pamong masyarakat. Tapi bagiku mereka tak ubahnya seperti monyet2 terkutuk lainnya.

Km sudah tau kan diary mereka siapa? Mereka Polisi diary! setiap malam kamis mereka datang meminta jatah uang keamanan dan terkadang jatah birahi juga. Ironis ya diary? Mereka adalah pelindung masyarakat, tapi sepertinya bukan untuk masyarakat kotor seperti kami, justru ketiga Raja itu membuat kami para pelacur makin bertambah kotor.

Mami juga hebat ya diary? Sepertinya semua orang bisa mami atur dengan uangnya, pak Rt, pak lurah, pak Camat. Aku semakin kecewa dengan negara ini diary, tak ada yang membela kami. Mungkin kalau aku sudah punya banyak uang baru bisa aku beli itu namanya pembelaan, tapi kapan diary?

Sudah 2 kali malam kamis aku lihat ada Raja baru diary. Biasanya yg datang Haryono, Ricky, dan Agus. Tapi sudah 2 malam kamis Haryono tidak datang, dy digantikan seorang raja muda. 2 kali dy kesini 2 kali pula mami memintaku menggoda dan membuatnya senang. Tapi godaan palsuku tak berhasil diary, raja muda itu tetap diam tak banyak bicara di loby. Mami terlihat tidak suka aku gagal menggodanya diary. Raja muda itu malah mengajakku ngobrol dan duduk di loby. Dy juga tidak pesan bir ataupun minuman keras lainnya, dy pesan kopi dan menolak rokok yg ditawarkan mami. Dy mengenalkan dirinya, namanya Bagas diary. Katanya dy baru saja dipindah tugas ke kota ini. Aku hanya meng-iya2kan saja setiap dy bicara. Dengan senyum palsu aku buat dy merasa nyaman.

Bagas begitu aneh diary, dy hanya duduk menunggu ricky dan agus melampiaskan hasratnya. Sudah jadi rutinitas kedua raja tua itu untuk ngamar tiap kali kesini. Mbak wati juga mencoba merayu Bagas, tapi Bagas malah menjauh dan pindah duduk di sofa lain. Baru semalam aku liat lelaki yang tak tergoda dengan rayuan berani mbak wati. Mbak wati idola di rumah mami, dy hanya melayani tamu2 besar dan dibayar mahal. Beda denganku, kalau seorang pengemis pun mampu membayarku, maka aku harus meladeninya.

Melihat mbak wati gagal malah membuat teman2ku yang lain ikut menggoda Bagas diary. Memang Bagas masih muda, mungkin sebaya denganku. Dy sangat tampan diary, kulitnya putih, tubuhnya gagah dan atletis, tidak seperti 2 Raja tua, yg bangga dengan perut buncitnya. Seandainya saja dy tak datang kesini dan bersikap layaknya Raja. Mungkin jika bertemu di luar aku juga akan terpikat ketampanannya diary. Tapi sayang, kalau dy ikut datang kesini meminta jatah uang jadi hati nuraninya tak setampan wajahnya. Setampan apapun tamu yang datang kesini bagiku mereka tak ada bedanya, mereka tetaplah Monyet!!

Sekitar jam 3 ketiga Raja itu pergi dari rumah mami. Tak lupa mami menyisipkan amplop berisi uang ke kantong agus, sang Raja tertua. Dengan senyum puas mereka pergi dan sempat-sempatnya mereka bilang akan datang tepat waktu malam kamis depan. Aku berharap dalam hati, semoga mobil mereka terjungkal ke jurang dan mereka tewas semua, atau paling tidak biarkan mereka hidup tapi tanpa batang monyetnya itu. Raja2 tua itu memang menyebalkan, Bagas sang Raja muda hanya diam saja saat pergi, dy cuma tersenyum kecil kepadaku. Senyuman yang menurutku penuh kepicikan dan dipaksakan.

Semoga saja tidak semua polisi seperti mereka ya diary? Dua jagoanku begitu mengagumi sosok Polisi, terutama Riski, dy selalu hormat saat melihat polisi yang membawa mobil patrolinya di jalan. Tingkahnya benar-benar lucu diary, seandainya gagal menjadi pelukis aku harap dy menjadi Polisi yang benar2 pelindung masyarakat dan abdi negara, membasmi semua kebusukan di negara kita, terutama kebejatan di kota ini. Polisi yang tak rapuh dengan uang sogokan dan seorang Polisi yang tak memanfaatkan kedudukannya.

Sudah ya diary, aku mau mencari arif dan riski, kalau sudah asik main bola mereka lupa mandi, tapi namanya juga anak-anak, biarkan mereka merasakan manisnya bermain saat kanak2. Semoga saja itu bisa mengobati pahitnya hidup di negara ini saat mereka besar nanti. Mengenang masa kecil memang menyenangkan, akupun berharap bisa kembali ke masa kecilku dulu, tapi tak mungkin ya diary?hehe
I love you diar.

Part 7

Dear diary,

Diary, semalam Bagas kembali ke rumah mami. Artinya sudah 3 kali dy kesana. Selama 3 kali jugalah aku menemaninya. Tapi semalam berbeda diary, mami sebenarnya menyuruh lilis menemaninya, Tapi Bagas menolak, dy memilihku menemaninya dan mengajakku masuk ke kamar. Mami terlihat gembira sekali dan memberi kode dua jempol padaku, yang artinya aku harus melayaninya sebaik mungkin.

Dulu Awalnya aku pikir dy Polisi polos yang cuma doyan uang saja, ternyata aku salah. Rupanya dy doyan ngewek juga. Kami pun masuk kamar diary, aku mulai melepas kancing seragam ketatnya tapi tiba-tiba dengan keras dy mencengkram tanganku dan melarangku melepas kancing bajunya. Aku takut diary, cengkramannya begitu kuat, tanganku yang kecil ini sampai sakit. Dy menyuruhku duduk di ranjang dan kemudian dy ikut duduk di sampingku. Aku bingung sebenarnya mau apa dy? Aku sudah pasrah dan capek, monyet sebelumnya benar2 membuat tenagaku terkuras. Aku ingin ritual laknat ini segera selesai dan aku ingin istirahat.

Bagas kemudian mulai berbicara diary, padahal aku tidak bertanya apapun, tapi dy bicara sendiri. Aneh ya diary? Dy bercerita tentang mantan pacarnya diary, mantan pacarnya mengkhianati dy dan menikah dengan seorang pria kaya raya, dalam hati aku tertawa diary, rasakan memang itu yang pantas didapatkan polisi nakal sepertimu. Setelah itu dy bercerita tentang keluarganya diary, saat itulah aku tersentak. Bagas adalah anak tunggal, ayahnya sudah lama meninggal dan dy hanya hidup dengan ibunya. ibunya pernah sakit keras diary, beliau butuh dioperasi agar nyawanya selamat. Walaupun gaji Bagas sebagai polisi terbilang banyak tapi uang gaji dan tabungannya tak mencukupi untuk membayar biaya operasi. Pada akhirnya dy meminjam uang rentenir sekian puluh juta untuk membayar biaya operasi ibunya. Karena alasan itulah Bagas ikut datang ke rumah mami untuk minta jatah uang keamanan.

Kata Bagas tidak semua polisi di kantornya tau tentang uang keamanan ini, Hanya "Bos Besar" dan beberapa polisi yang tau. Entah siapa itu bos besar Bagas tidak memberitahuku, mungkin saja kepala polisinya. Kata Bagas lagi uang keamanan itu dibagi menjadi 2, 40% Untuk Bos Besar dan 70% dibagi bertiga dengan rikcy dan agus. Sebenarnya Bagas tak menginginkan melakukan hal itu, tapi dy dipaksa Bos besar dan dijanjikan diberi bonus tambahan. Mendengar hal itu Bagas jadi tertarik dan mau melakukan perbuatan kotor ini. Katanya uang bonus itu bisa membantunya membayar cicilan hutang. Aku jadi mengerti sekarang kenapa Bagas tak mau ngamar atau bahkan minum bir. Setiap saat dy selalu terbayang keadaan ibunya di nganjuk, akan sangat kejam sekali kalau dy berbuat bejat disini sedangkan ibunya sedang sendirian memulihkan kondisi tubuhnya pasca operasi. Aku jadi teringat mas wawan diary, Bagas seperti mas wawan rela berbuat haram demi mendapatkan uang, bedanya Bagas berbuat demikian demi kebaikan ibunya, sedangkan Mas wawan demi keinginan2 tololku.

Semalam aku jadi tau tentang Bagas, dy butuh teman curhat di kota ini. Dan apa kamu tau diary? Dengan gamblang dy memintaku menjadi temannya?haha konyol ya? Seorang Polisi tampan berteman dengan Pelacur hina. Aku iya-iyakan saja permintaan dy, toh ternyata dy sebenarnya polisi yang baik. Dibalik penampilannya yang tegas ternyata hatinya lembut.
Aku sempat bercanda menggodanya diary, aku tanya apakah dy tidak tergoda dengan kemolekan tubuhku? Tiba-tiba tatapannya berubah tajam diary, dy mencengkram kedua bahuku kencang sekali kemudian menyuruhku tidur telentang, aku menyesal mencandainya diary, ternyata dy ingin menerkamku juga setelah aku goda, tapi tiba-tiba dy tertawa diary kemudian mengangkat tubuhku untuk duduk kembali. Sambil mengusap2 rambutku dy bilang dy tak tega melakukannya diary, aku makin teringat mas wawan diary, aku rindu belaiannya.

Kemudian aku ceritakan tentang hidupku diary, tentang mas wawan, tentang arif dan riski, tentang alasanku melacur, dan tak sadar aku menangis diary saat menceritakannya, kemudian Bagas memelukku erat yang duduk disampingnya, hangat sekali pelukannya, seakan aku begitu terlindungi oleh tubuh besarnya. Karena tau mas wawan dipenjara dan tak tau kabarnya, Bagas berjanji akan membantuku mencari tau keadaan mas wawan di lampung. Aku begitu gembira mendengarnya, 5 tahun aku tak tau kabar mas wawan dan sekarang aku menemukan titik terang. Sebagai polisi pasti mudah bagi Bagas mencari tau info tentang mas wawan di Penjara.

Aku jadi tidak sabar menanti malam kamis depan diary, aku ingin tau keadaan mas wawan secepatnya. Tapi Bagas malah meminta alamat rumahku diary, dy bilang dalam 2 hari dy sudah bisa memberitahuku keadaan mas wawan. Aku bingung harus memberitahunya atau tidak diary, kami baru saja kenal dan aku belum sepenuhnya percaya dy, aku takut dy membocorkan pekerjaanku sebagai pelacur ke tetangga2ku, akhirnya aku memutuskan untuk bertemu dengannya besok di dekat pangkalan becak abah. Semoga ada kabar baik ya diary?

Part 8

Dear Diary,

Diary, kemarin siang aku bertemu Bagas di pangkalan becak. Aku sengaja datang setengah jam lebih awal kesana, tapi ternyata begitu sampai sana Bagas sudah menungguku diary. Dy terlihat asik mengobrol dengan beberapa tukang becak. Dengan seragam polisi kebanggaannya, dy terlihat gagah sekali kemarin. Aku jadi ragu diary , aku takut menghampirinya di antara kerumunan tukang becak. Aku takut tukang becak itu akan berpikiran negatif, bukan terhadapku, tapi terhadap Bagas. Pasti mereka akan berpikiran buruk tentang Bagas, buat apa polisi sepertinya bertemu dengan pelacur sepertiku?

Tak kusangka kemarin akan seramai itu, padahal biasanya saat siang para tukang becak itu istirahat ke rumah masing-masing atau makan siang di warung. Aku takut, aku malu, aku hanya berdiri melihat bagas dari kejauhan. Tapi tiba2 Abah memanggilku dari kerumunan itu, lantang sekali sehingga Bagas ikut menoleh ke arah Abah melihatku. Dy melambaikan tangannya menyuruhku menghampirinya. Aku begitu malu dan takut, para tukang becak itu terlihat kaget melihat Bagas melambai ke arahku. Kakiku jadi berat, aku benar2 tak bisa melangkah, aku gugup diary. Dan kemudian sepertinya Bagas mengerti perasaanku, dy menyalami para tukang becak itu lalu berjalan ke arah motornya. Tak lama dy menghampiriku diary, dy memintaku segera naik ke motornya. Aku sedikit ragu tapi kemudian aku naik juga ke motornya, kemudian kami berjalan.

Belum sempat aku bertanya Bagas langsung mengatakan kalau keadaan Mas wawan baik2 saja diary, tapi saat ini dy dipindah ke Nusakambangan diary. Menurut Bagas sudah 5 tahun mas wawan disana, itu artinya 5 tahun terakhir ini surat yang aku kirim sia-sia, Sedih sekali diary, tapi aku juga senang mendengar keadaannya baik2 saja. Tindak pidana mas wawan tergolong berat makanya dy dipindah kesana. Mas wawan divonis hukuman seumur hidup atas tindakan pembunuhan dan perdagangan manusia. Seharusnya yang dihukum mami kan? Dy yang menyuruh mas wawan menjual pelacur2 itu, tapi kenapa sekarang dy masih bebas berkeliaran di negara ini? Bahkan berhubungan baik dengan polisi "bos besar" itu, tak ada keadilan di negara ini, hukum disini bisa dibeli dengan uang. Bagas hanya terdiam tak bisa menjawab saat aku protes akan masalah hukum itu. Dy menganggap dirinya hanyalah pion catur dan negara ini adalah papan caturnya, dy hanya bisa menuruti perintah atasannya walau tak sesuai dengan kehendaknya.

Setelah lama berjalan naik motor dan menceritakan semuanya, Bagas mengajakku makan siang di sebuah warung bakso. Aku tak bisa menolaknya karena dy mendadak membelokan motornya tanpa menawariku terlebih dahulu. Dan apa kamu tau diary? Aku dibuat salah tingkah olehnya, seorang polisi tampan seperti Bagas mengatakan, kemarin penampilanku sangat menawan, padahal aku cuma memakai rok panjang dan kaos lengan panjang, tanpa sapuan bedak dan goresan lipstik. Padahal kalau dirumah mami semakin minim pakaianku para monyet2 terkutuk itu semakin kegirangan. Aku tak tau Bagas berkata gombal atau jujur, tapi aku senang mendengarnya!hehe.

Saat kami makan sebuah hal tak terduga mengagetkanku diary, arif dan riski tau2 di belakangku dan berteriak "BUNDAA..!!" keras sekali. Hampir saja aku tersedak karena kaget oleh teriakan mereka. Dan kamu tau gak diary? Dengan cepat riski langsung hormat melihat Bagas, Bagas tertawa kecil melihatnya, kemudian dy memesan dua bakso lagi untuk arif dan riski. Aku sempat malu diary, tapi melihat Bagas ramah dengan mereka aku jadi senang. Lapangan bola tempat mereka bermain memang bersebrangan dengan warung bakso, mungkin tadi mereka melihatku dan Bagas masuk kemari. Saat sedang makan riski berbuat nakal diary. Dy memilih duduk di samping kanan Bagas dan terus mengelus pistol Polisi bagas yang tergantung di pinggang. Aku memarahi dan melototinya diary, tapi dy tak mengindahkan kemarahanku, dy cuma tersenyum. Bagas yang melihatnya malah mengeluarkan pistolnya dan memberinya ke riski, dy bilang tidak apa2 karena pistolnya kosong tanpa peluru.

Riski begitu asik memainkannya dan berlagak seperti seorang polisi, arif yang ditodong pistol juga malah meladeni adiknya, dy angkat tangan dan pura2 minta ampun. Sungguh lucu ya diary melihat tingkah mereka? Seandainya saja ada mas wawan disini, pasti makin lengkap kebahagian kami. Selesai makan Bagas mengajak kami keliling kota naik motornya. Aku tanya apa dy tidak balik ke polsek dy hanya menjawab tenang saja. Aku tak tau harus menolak atau tidak, melihat riski kegirangan aku jadi kasihan, jarang sekali arif dan riski naik sepeda motor. Riski duduk di depan sedangkan aku dan arif di belakang. Tak henti2nya riski berteriak..wiyu..wiyu..wiyu menirukan suara sirene mobil polisi. Aku malu banyak orang yang melihat, tapi aku juga bahagia, Bagas rela meluangkan waktu dinasnya untuk menghibur kedua jagoanku.

Sudah ya diary? Aku mau tidur, semalam aku tak bisa beristirahat. Malam sabtu rumah mami selalu ramai didatangi monyet2 iblis yang kelaparan.

Part 9

Dear Diary,

Diary, hari ini Bagas berniat berkunjung ke rumah setelah dengan penuh rasa malu aku undang dy. Sejak membantuku mencari tau keadaan mas wawan di penjara, hubungan kami makin dekat diary, kami bukan lagi teman, tapi kami adalah sahabat. Bagas jadi lebih sering main ke rumah mami sekarang, seminggu bisa 3 kali termasuk jadwal tetap malam kamisnya. Aku senang sekali tiap dy datang, karena dengan wajah tegasnya dy selalu bilang ke mami ingin long time denganku, mami selalu gugup setiap dy datang. Walau masih muda tapi setiap melotot wajah tampan Bagas sangat menakutkan. Mami yg ketakutan Kemudian mempersilakannya memakaiku sepuasnya. Padahal di dalam kamar kami hanya mengobrol diary, terkadang juga bercanda sampai tertawa keras.

Tetapi aku paling sedih saat dy mulai bercerita tentang mantan pacarnya diary. Tak ada habisnya saat dy menceritakannya. menurutnya risma, nama wanita itu begitu sempurna. Risma idola sekolag dan dengan penuh perjuangan bagas berhasil mencuri perhatian risma dan mendapatkan cintanya. Mereka menjalin kasih sejak SMA, tetapi harus berakhir saat risma tahu bahwa Bagas punya hutang puluhan juta pada renternir. Terlihat sekali risma cewek matre ya diary?
Tega sekali dy meninggalkan Bagas yang sedang terpuruk, semoga Bagas akan menemukan wanita yang lebih baik dari risma ya diary?

Oiya, karena selalu long time bersamaku Bagas selalu menyuruhku tidur Diary, tiap jam 12 setelah 3 jam ngobrol dan saling curhat dy menyuruhku mulai tidur. Dy juga tidur tapi di kursi, pada awalnya aku biarkan saja, tapi setelah beberapa kali tak tega juga aku melihatnya tidur terduduk. Tidurnya terlihat tak nyaman. Akhirnya Aku paksa dy untuk tidur seranjang bersamaku. Awalnya dy menolak keras dan sempat marah, katanya kami bukan muhrim, dy tak mau menambah dosanya lagi, tapi setelah aku beri guling di tengah ranjang untuk memisahkan kami, dy setuju diary. Kami tidur saling memunggungi, tak pernah sekalipun dy menyentuhku, aku sangat kagum dengan sikapnya. Seandainya saja semua pria seperti dy pasti usaha biadab mami akan bangkrut. Kami selalu tertidur pulas diary, Baru saat adzan subuh kami bangun dan pulang.

Aku senang sekali diary saat Bagas datang, aku tetap mendapat upah dari mami untuk long time bersama Bagas. Setau mami kami berdua bercinta di kamar padahal kami tidak melakukan ritual laknat itu. Dan bagas juga tak pernah membayar uang sepeser pun pada mami. Seandainya saja Bagas tak ada piket malam, mungkin bisa setiap malam dy kerumah mami!hehe aku jahat atau licik ya diary berpikiran seperti itu?

Oh iya, ada satu lagi kebaikan Bagas Diary, seminggu lalu dy membantuku mengirim surat ke mas wawan, bukan lewat pos tapi lewat salah satu divisi polisi di kantor Polda. Katanya dalam 1 minggu pasti balasan suratnya akan datang. Aku tak mengerti bagaimana caranya bisa secepat itu, karena dulu aku mengirim surat ke mas wawan baru 1 bulan kemudian surat balasannya sampai. Aku sengaja menstempel surat itu dengan Bibirku yang sudah kugores dengan lipstik merah. Aku sangat rindu dengan mas wawan, semoga dy senang menerima surat itu. Mungkin besok atau lusa surat balasannya datang atau jangan2 hari ini ya diary?hehe.

Hari ini aku masak sayur asam diary, Bagas bilang dy suka sekali makan sayur asam plus sambel tomat. Aku masak dengan penuh hati2 diary semoga dy suka masakanku ya? Aku harap dy mau berlama-lama disini, aku ingin dy bertemu arif dan riski. Mereka sangat suka dengan Bagas. Setelah jalan2 keliling kota dulu, mereka selalu bertanya padaku kapan bisa bertemu Om polisi lagi, aneh ya?mereka memanggil Bagas Om polisi!hehe , semoga dy betah ya diary berkunjung ke rumah sempit ini, disini tak ada TV, disini cuma ada radio tua yang menemani arif dan riski setiap malam, radio teman pengantar tidur mereka, kasihan ya? Ingin sekali kubelikan mereka TV Dengan uang tabunganku, tapi aku harus berpikir seribu kali, apa mungkin uang tabungan selama 4 tahun hanya kupakai beli TV?

Sudah jam 8 diary, jam 9 Bagas akan menunggu di gang depan dan aku akan menjemputnya. Karena terlalu susah mencari rumahku di pemukiman padat ini, jadi kusuruh dy menunggu di depan gang saja. Aku mandi dulu ya? Aku tak akan berdandan, mungkin saja dy memujiku lagi berpenampilan menawan!hehe i love you diary.

Part 10

Dear Diary,

Diary, Semalam Bagas mengantarkan surat balasan dari mas wawan. Seperti biasa, Bagas memilihku dan mengajak ke kamar.Mami seperti kerbau dicocok hidungnya saat Bagas datang, dy menuruti semua keinginan bagas. Mami Menyuruhku menemani Bagas long time, padahal tadi sore aku sudah dipesan menemani seseorang malam ini. hebat ya bagas? bisa membuat Mami ketakutan.

Segera setelah masuk kamar langsung kubaca surrat balasan mas Wawan. Mas wawan mengabarkan dirinya baik-baik saja di penjara. Bahagia sekali aku semalam membaca kabar itu. Mas Wawan bercerita kalau sekarang dia sudah menghapal !7 juz Al-Quran, Hebat ya diary? Ketiga Jagoan yang kucintai bisa membaca kitab suci semua. Arif sudah sampai juz 6 dan riski masih iqro' 5. Mereka selalu mengaji di mushola tiap habis maghrib. Beda sekali denganku, menyentuh Al-Quran pun aku tak berani. Aku takut Kitab suci Itu kotor Oleh tangan penuh Dosa ini.

Mas wawan sangat merindukan kami diary, setiap hari dy selalu mendoakan kami. Dy minta pada surat selanjutnya aku menyertakan foto kami bertiga. Dy penasaran dengan rupa kami sekarang, terutama dengan riski. beberapa tahun lalu aku sempat mengirimkan foto kami, tapi percuma karena surat itu terkirim ke lampung, bukan ke nusakambangan. Mas wawan pasti aka senang saat melihat rupa riski, karena riski mirip sekali dengan dy, dari rambutnya, matanya, bentuk wajahnya! mirip sekali pokoknya, sedangkan arif lebih mirip ayahku atau kakeknya yang belum pernah dy lihat sama sekali dan bahkan tak akan pernah dy lihat, karena kakek dan neneknya sudah lama meninggal, ayah bunda aku merindukan kalian! maafkan putrimu ini ya?

Mas wawan minta aku sabar dan tabah menjalani hidup kami, dy minta aku untuk betah bekerja di pabrik diary. sesak sekali aku membaca kalimat itu. setau mas wawan sepeninggalan dy aku bekerja sebagai buruh pabrik, karena pada surat terdahulu aku berkata bohong. padahal aku sekarang melacur. apa reaksi dy ya diary, saat tau aku menghidupi arif dan riski dari uang hasil menjual tubuhku? aku tak berani membayangkannya diary.

Tapi, kalimat terakhir pada suratnya membuatku menangis diary. Cinta mas wawan begitu besar terhadapku, dy ingin aku hidup Bahagia. tapi karena alasan itulah mas wawan memintaku mencari pria penggantinya diary, dy ingin aku menikah lagi. Mas wawan berharap ada sesosok Pria yang menjagaku dan anak-anaknya dirumah. Dy rela, dy ikhlas asal Pria itu bisa membahagiakanku dan anak-anak kami. Menurutnya akan terlalu lama bagiku untuk menunggunya bebas dari penjara. Tapi aku dulu sudah bersumpah diary, selama apapun mas wawan dipenjara aku akan menunggunya, entah 10 tahun lagi, 20 tahun lagi atau entah berapa, aku akan terus menunggunya pulang kerumah ini. selama aku masih bisa bernafas aku akan setia menantinya, biarlah ajal yang menghentikanku menunggunya. Tapi semoga saja sebelum ajal menjemputku aku bisa bertemu dengannya, ingin kucium tangannya dan meminta maaf atas semua kesalahanku diary. dy masuk penjara karena berusaha memenuhi keinginan tololku, ini semua salahku, ini dosaku, bukan dosanya.

semalam aku menangis diary, tak kuhiraukan lagi bagas yang ada disampingku. dy terlihat bingung aku menangis, lalu dy merebut surat mas wawan dan membacanya. tak lama kemudian Bagas memelukku diary,hangat sekali pelukannya, sambil membelai rambutku dy trus menyemangatiku untuk tabah dan sabar menjalani hidupku diary. dy berjanji akan selalu membantuku saat aku dalam kesulitan. Dalam pelukan hangat Bagas kutumpahkan semua air mata kesedihanku selama bertahun-tahun.

akan terus kusimpan surat mas wawan diary, di akhir suratnya dy mencap surat dengan jempolnya, tapi dengan tinta merah. aku tak tau dy memakasi apa, tapi sepertinya memakai darah. sudah ya diary? aku sedang menunggu bagas dan kedua jagoanku pulang,hari ini bagas menjemput mereka pulang sekolah dengan mobil patrolinya. pasti mereka akan bangga karena dijemput polisi dengan mobilnya, terutama riski. setelah itu bagas akan mengantar kami ke studio foto terbaik di kota ini. sudah kusiapkan baju-baju terbaik kami. aku ingin kami bertiga terlihat sempurna di foto yang akan kukirimkan ke mas wawan.
i love you diary

Part 11

Dear diary,

Diary, sudah 3 minggu ini aku menantikan balasan surat dari mas wawan. Aku selalu bertanya ke bagas, tapi kata bagas belum ada surat lagi dari mas wawan. aku tak tahu kenapa jadi begitu lama mas wawan membalasnya, padahal dulu cuma 8 hari aku menunggu balasan suratnya. semoga saja mas wawan baik-baik saja ya diary? foto yang aku kirim banyak sekali diary, kami bergaya di depan kamera layaknya foto model!hehe. bahkan arif dan riski sempat berfoto menggunakan seragam tentara dan polisi. di studio foto tempat kami foto ada banyak sekali kostum untuk dipakai bergaya. aku memakai kebaya dan sanggul diary, cantik sekali aku waktu itu. kata bagas aku begitu menawan, senang sekali mendapat pujian seperti itu.

aku tak tahu berapa biaya foto-foto kemarin, karena semuanya bagas yang membayar. padahal sudah kusiapkan uang untuk membayarnya yang aku ambil dari uang tabungan. aku yakin pasti biaya foto-foto kemarin amatlah mahal. kita harus berterimakasih ke bagas ya diary? dy begitu baik hati pada pelacur sepertiku.
terrkahir kami berfoto bersama diary, aku memakai kebaya di sisi kiri memangku arif dengan baju tentaranya dan bagas di sisi kanan memangku riski, mereka terlihata serasi memakai seragam polisi. kalau dilihat dari foto itu kami sperti layaknya sebuah keluarga kecil. tapi foto itu tak kukirimkan ke mas wawan. aku takut itu menyakiti hatinya, walaupun dy sendiri yang memintaku mencari penggantinya. seandainya aku mencari panggantinya orang itu bukanlah bagas, dy terlalu sempurna untukku, bagas pantas mendapatkan wanita yang jauh lebih baik dariku. semoga dy mendapatkan wanita yang tepat ya diary?amin

Diary, hari ini aku menstruasi. aku sebal kalau datang bulan seperti ini. memang aku tak perlu lagi bergumul dengan monyet-monyet keparat tamu mami, tapi disaat datang bulan seperti ini tak berarti aku libur. aku masih tetap harus melayani monyet yang membayarku. di tempat mami pelacur-pelacur yang sedang datang bulan disendirikan tempat duduknya di loby. kamu tau diary kami disuruh apa?
dengan bayaran yang lebih murah para monyet itu bisa memakai mulut kami untuk me******* ****** mereka. aku benci melakukan hal ini diary. rasanya ingin kugigitt sampai putus saja ****** mereka.

makin telihat hina saja pekerjaanku disaat seperti ini diary. monyet-monyet itu hanya tertawa melihaku me******* ****** mereka. bau, kotor, jijik sekali aku melakukannya. aku selalu terpejam saat melakukannya. aku harus menjalaninya selama seminggu setiap bulan. aku tak tahan diary.

kapan ya diary aku bisa berhenti melakukan perkerjaan hina ini?
kenapa tak ada orang atau lembaga negara ini yang mau menutup rumah setan mami?
sudah ya diary? aku mau istirahat dulu.
i love you diary

Part 12 

Dear Diary,

Diary, hari ini aku bertemu sesosok orang yang aku masih penasaran akan jatidirinya. Km ingat kan aku cerita tentang Om Harjo 3 tahun lalu? Tamu yang pernah membayarku long time bersamanya dan malah menyuruhku tidur? Kamu tau gak? Tadi siang aku melihatnya di Pasar. Beliau terlihat lebih kurus tapi senyum dan tawanya masih keras saja, aku yang ada di seberang jalan pun dapat mendengarnya. Dy bersama seorang wanita tua yang umurnya mungkin sebaya dengannya. Kalau aku pikir pasti dy istri om harjo. Wanita itu terlihat bersahaja sekali dengan jilbabnya. Tak habis pikir aku kenapa om harjo rela meninggalkan wanita itu di rumah sedangkan dy pergi ke rumah mami, walaupun disana dy cuma aku pijat dan tidak mekakukan apapun.

Beberapa lama aku curi pandang dy, om harjo sadar juga diary. Dy lalu memanggilku lantang sekali. Dy melambai ke arahku menyuruhku menghampirinya di warung bakso. Awalnya aku tak mau dan hanya tersenyum melihatnya, tapi ketika dy berniat menyebrang jalan aku anggukan kepalaku dan segera menghampirinya. Kemudian dy mengenalkan wanita bersahaja itu, dy bernama ibu yahmi, istri om harjo. lalu Om harjo mentraktirku bakso diary, aku tak bisa menolaknya karena istrinya juga memaksaku diary. Begitu ramah istrinya kepadaku, padahal dy baru mengenalku. Risih sekali aku makan semeja dengan, kalau teringat om harjo pernah menjadi tamuku, aku jadi tak enak memandang bu yahmi.

Saat kami selesai makan dan aku pamit pulang om harjo membelikanku 3 bungkus bakso diary, dy bilang itu untuk aku, arif dan riski. Saat aku buka bungkusan plastik itu aku kaget diary, di dalamnya ada sejumlah uang yang menurutku sangat banyak. Jumlahnya Hampir sama dengan upahku melacur dua hari. Sepertinya dy menyelipkan uang itu tanpa sepengetahuan istrinya. Aku tatap om harjo penuh tanda tanya, tapi dy cuma tersenyum. Ingin sekali kukembalikan uang itu tapi aku takut istrinya jadi berpikiran macam2 karena om harjo menyelipkan uang itu.

Kemudian setelah aku menyalami mereka kami keluar dari warung bakso. Aku pergi ke warung seberang jalan untuk membeli susu kaleng, uang dari om harjo kubelikan susu diary. Sudah lama sekali arif dan riski dan tak minum susu , pasti mereka senang saat pulang aku membawa susu kaleng.

Aku lihat dari toko, om harjo masih membicarakan sesuatu dengan istrinya di samping mobil. Aku tak tau apa yang mereka bicarakan, tapi sesekali bu yahmi yang melihatku di toko terlihat keheranan. Tiba-tiba yang aku takutkan terjadi diary, bu yahmi berlari mau menyeberang jalan, sepertinya dy ingin menghampiriku. Om harjo segera mencegahnya dan menarik tangan bu yahmi. Aku tak tahu ada apa tiba2 menyebabkan bu yahmi menjadi berontak. Aku takut, aku bingung, aku segera berlari meninggalkan toko itu diary, kutinggalkan uang kembalian pembayaran susu di toko. Aku bingung, mungkin saja tadi om harjo memberi tahu baik2 kepada bu yahmi kalau aku seorang pelacur yang pernah menemaninya dan bu yahmi tak menerimanya. Aku takut dilabrak. Sambil berlari sesekali aku melihat ke belakang, bu yahmi terlihat berontak dicengkram tangannya oleh om harjo. Dy terlihat menangis dan ingin sekali mengejarku. Aku makin takut diary, makin kupercepat langkah lariku.

Saat aku sudah agak jauh dan sampai di mulut gang, aku kembali melihat ke belakang diary. Kulihat bu yahmi sudah duduk bersimpuh di pinggir jalan, beliau trus melihatku, masih menangis, beliau terlihat sedih sekali diary. Aku merasa bersalah sekali diary, aku ini benar2 tak tau malu. Ketika aku akan berjalan masuk ke gang bu yahmi memanggilku diary, dy berteriak keras sekali. Jarak kami sekitar 100meter tapi aku masih bisa mendengar teriakannya. Dy terus berteriak memanggil namaku diary dan anehnya dy melambaikan tangannya diary, seperti sebuah lambaian perpisahan. Aku semakin bingung sebenarnya dy kenapa melambai seperti itu ke arahku. Aku segera berlari lagi dan pulang ke rumah. Aku tak tahu ada apa dengannya. Tapi dari lambaian tadi aku bisa melihat dy bukan ingin memarahiku diary, tapi seperti ada maksud lain. Entahlah aku tak tahu, aku berharap tak bertemu dengannya lagi. Semoga dy memaafkanku ya diary?

Sampai rumah, arif dan riski kegirangan diary. Mereka berebut susu kaleng tadi, bahagia sekali melihat mereka riang seperti tadi. Semoga dengan sebuah susu kaleng itu mereka bisa tumbuh sehat ya diary?amin
Sudah ya diary? Aku mau mandi dulu. I love you diary

Part 13

Dear diary,

Diary, sudah hampir 2 minggu ini bagas tak datang ke tempat mami. Dy juga tak datang berkunjung ke rumah, ada apa dengannya ya diary? aku harap dy baik-baik saja diary? aku sangat tak sabar menanti bagas. mugkin saja mas wawan sudah membalas suratku kemarin. aku ingin tau reaksi betapa senangnya dy saat melihat foto arief dan riski. pasti dy bahagia ya diary? Semoga itu menjadi penyemangatnya di penjara.

oiya semalam aku jengkel diary, si yudho preman pasar itu kembali berulah di rumah mami. dy ingin dilayani oleh mbak wati dan sinta secara bersamaan. tentu saja mami marah, karena yudho selalu membayar semaunya. ingin sekali kupukul dengan botol bir kepalanya, dy menampar sinta keras sekali saat sinta tak mau diajaknya masuk kamar. memangnya kami ini apa seenaknya sendiri dy tampar. Dy benar-benar monyet terkejam yang pernah datang ke tempat mami. Aku sudah kapok melayaninya. Dy selalu kasar dan memukuliku kalau aku tak memnuruti perintahnya.

masih teringat jelas di ingatanku saat mas wawan berkelahi dengan yudho di pasar saat mas wawan tak mau meminjaminya uang. mas wawan babak belur dihajar beramai-ramai yudho dan teman-temannya. aku yang sedang mengandung arif tak bisa berbuat banyak, aku takut aku juga jadi sasaran pukulan mereka. kenapa ya diary ada orang sekejam yudho menindas kami? Mas wawan tidak salah apa-apa tapi mereka menyiksanya, kapan Tuhan memberi azab bagi preman sepertinya?

mas wawan tak bisa bekerja selama seminggu lebih karena tangan kanannya bengkak parah diary, seminggu itu begitu berat bagi kami. aku yang hamil 8 bulan tak bisa berbuat banyak. mas wawan hanya terus terbaring di kasur. Seluruh uang hasil kerjanya seminggu dirampas yudho untuk membeli minuman. kalau mengingat saat itu pedih sekali rasanya, dengan sisa beras yang tersisa, kami hanya makan bubur putih setiap hari selama seminggu. tak ada lauk tak ada garam, hanya bubur putih yang selalu kumasak dengan kayu bakar.

pernah suatu malam pada saat itu aku mendengar mas wawan menangis diary di tengah malam. baru pertama kali aku mendengar dan melihatnya menangis. tak kusangka pria setegar dirinya ternyata bisa menangis juga. aku peluk dirinya dan mencoba menenangkannya. mas wawan tak menjawabku diary, dy hanya terus mengucap isthigfar alam tangisnya.

seandainya aku melaporkan ke bagas apa mungkin dy mau menangkap yudho ya diary? apa mungkin laporan pelacur sepertiku akan ditindaklanjuti di kantornya. spertinya kita harus lupakan niat itu diary, tak akan mungkin rasanya. lagipula bagas menghilang dua minggu ini. kalau aku rindu kepadanya apakah salah diary? lambat laun aku seperti rindu belas kasih perhatian dy. kita doakan dy baik-baik saja ya diary?

Part 14

Dear Diary,

Diary, sepertinya harapan kita menunggu kedatangan bagas harus terhenti diary. semalam entah aku mendapat kabar yang benar atau tidak, si agus mengatakan kalau bagas sudah dipindahkan lagi ke kota tempatnya berasal. dia bilang ibu bagas kembali sakit dan harus mendapat perawatan di rumah sakit. Bagas memita untuk dipindahkan lagi ke kotanya, bagas seorang anak tunggal, mungkin karena itulah dy harus pulang dan menjaga ibunya. Kata bagas dahulu, ibunya tak memiliki sanak saudara lain. jadi di dunia ini bagas hanya hidup berdua dengan ibunya.

Sayang sekali ya diary, orang yang baik terhadap kita itu malah pergi? dulu aku senang sekali saat ada bagas di kota ini. sosok bagas membuatku aman, apalagi dy seorang polisi. walaupun tidak tinggal dalam satu atap tapi aku merasa sosok bagas selalu menjagaku serta arief dan riski. aku tak sempat menanyakan alamat rumahnya diary, bodoh ya aku? pasti nanti cepat atau lambat arief dan riski akan menanyakan bagas. aku harus menjawab apa ya diary?

semoga ibunda bagas cepat sembuh ya diary? mungkin aku jahat berdoa dalam hatiku, dalam hati aku berharap semoga bagas kembali lagi ke kota ini diary, jahat ya aku? berharap bagas meninggalkan lagi ibunya?

lalu bagaimana dengan surat mas wawan ya diary? apakah dia sudah membalas suratku? apa mungkin sudah diterima bagas tapi tidak sempat dia berikan kepadaku? atau jangan-jangan mas wawan tidak membalas suratku diary? ah semoga pikiranku itu salah ya?
besok akan kucari tau cara mengirim surat ke nusakambangan di kantor pos.

oiya diary, kamu tau tidak? di samping pabrik depan rumah mami ada warung bakso baru. baru dibuka kemarin siang, tapi penjualnya aneh diary? nama warung bakso itu "BAKSO PADANG SALERO RAJO". unik ya? setauku orang padang yang merantau ke kota ini biasanya membuka rumah makan padang. mereka menyajikan rendang dan berbagai masakan khas padang lainnya, tapi orang padang itu malah menjual bakso. baksonya besar-besar sekali diary, suatu saat aku akan mengajak areif dan riski makan disana.

tapi tampang penjalnya menyeramkan diary, kulitnya putih, sedikit buncit, rambutnya keriting, dan ada kumis tebal menghiasi wajahnya. saat aku sedang naik becak diantar abah dy mengedipkan matanya kepadaku sambil bersanadar di pintu warung baksonya. semoga dia tidak main ke rumah mami ya diary? aku lihat karyawan-karyawannya memakai peci semua. semoga saja mereka adalah orang-orang yang taat beragama dan menjauhi zina.

sudah ya diary? mari kita berdoa untuk Mas wawan, Bagas dan kedua jagoanku. semoga mas wawan diberi kekuatan untuk bersabar di penjara, semoga ibunda bagas segera sembuh dari penyakitnya dan semoga arief dan riski selalu sehat!amin.
i love you diary

Part 15

Dear Diary,

Diary, semalam terjadi hal yang menyenangkan lho? kamu tau tidak, abah mengajakku jajan di warung bakso padang itu, Padahal aku buru-buru ke tempat mami. Abah mentraktirku diary, aku sebenarnya menolak karena aku juga tahu hidup abah sekeluarga itu seperti apa, Tapi abah memaksaku masuk dan terlanjur pesan 2 mangkuk bakso. terpaksa aku turuti kemauannya diary.

Warung bakso itu ramai sekali diary, ruangannya yang kecil jadi sesak dijejali banyak sekali orang yang makan disana. aku lihat ada 4 pelayan di warung itu, yang pertama si pemilik warung bakso itu, kedua seorang pemuda kurus yang bertugas meracik bakso, ketiga seorang lelaki tua yang bertugas mencuci piring dan membersihkan meja dan yang terakhir seorang pemuda yang duduk di meja kasir diary, tapi aneh pemuda tersebut tidak memakai seragam dan peci seperti yang lain. Dan tingkahnya kamu mau tau seperti apa diary?? dy seperti banci diary!hehe. Tiap ada orang yang membayar baksonya dy mengucapkan terimakasih dengan logat yang lembut sekali, ingin meniru suara wanita tapi tak bisa. Aku tak tahu dy siapa tapi dilihat dari sikapnya yang dekat dengan Pemilik warung sepertinya dy anaknya.

bakso di warung itu enak sekali diary, daging sapinya begitu terasa, kuahnya juga segar dan nikmat. Kalau arief dan riski aku ajak makan disini pasti mereka akan merengek trus minta bakso padang ini setiap hari. Ada satu bahan racikan yang aku tak tahu apa namanya, seperti perkedel tapi bukan terbuat dari kentang, entah apa namanya tapi bahan itu membuat rasa kuah bakso menjadi makin enak, beda dengan bakso-bakso lainnya.

saat selesai makan sambil menunggu abah membayar baksonya aku lihat info lowongan pekerjaan diary di depan warung bakso itu. Warung bakso itu membutuhkan seorang pelayan wanita. hati kecilku tertarik dengan pekerjaan itu, ingin sekali kutanyakan perihal lowongan itu tapi aku malu. saat melihatku membaca lowongan itu abah seperti mengerti isi hatiku diary, lalu dy masuk kembali dan berbicara kepada pemilik warung yang orang padang itu.
tak berapa lama abah keluar denga pemilikwarung bakso itu diary, kemudian abah mengenalkanku pada orang padang itu, dy mengenalkan dirinya. dy bernama todi, tapi aku disuruh memanggilnya bang tody. dy menanyaiku apakah aku berminat bekerja disana atau aku ada kenalan teman wnita yang mencari pekerjaan. dengan malu-malu aku jawab kalau akulah yang sebenarnya tertarik dengan pekerjaan itu diary, lalu dy tertawa keras sekali diary.

dy menjelaskan kalau bayaran per hari bekerja di warung bakso itu kecil. kemudian aku bertanya apakah boleh aku bekerja disana hanya pada jam 12 siang sampai jam 8 malam. Karena mau bagaimanapun aku tak bisa lepas dari jeratan mami. jadi jam 8 aku sudah harus dirumah mami menunggu monyet-monyet datang untuk membayarku. bang todi terlihat berpikir sejenak diary, kemudian dy memberi jawaban kepadaku. dy menerimaku diary tapi dy mengingatkan kalau bayarannya kecil. aku sungguh senang sekali diary biarlah bayarannya kecil yang terpenting dengan bekerja sebentar disana aku bisa medapatkan uang halal. dari dulu ingin sekali aku menghidupi arief dan riski dengan uang halal. semoga aku diberi kelancaran ya diary bekerja disana, biar uang hasil melacur dari mami aku gunakan untuk melunasi hutang mas wawan dan uang hasil bekerja di warung bakso bang todi untuk membeli beras dan menghidupi arief dan riski, semoga cukup ya diary? dengan ini aku jadi sedikit tenang karena nasi yang mereka makan berasal dari uang halal. nanti siang aku mulai bekerja diary, aku harap aku cepat mengerti cara melayani pembeli dan cara meracik bakso. jaga arief dan riski ya diary, aku harap mereka tidak marah aku bekerja lagi. kasihan sekali ya mereka harus berkurang lagi waktu untuk bertemu denganku. tapi aku harus lakukan ini demi kebaikan mereka juga.

sudah ya diary aku mau istirahat sebentar, nanti jam 11 bangunkan aku ya?hehe
i love you diary.

to be continue,,,,