Kamis, 05 April 2012

Terjemahan Ihya Ullumuddin-Akal


Akal

oleh para kadli (hakim) untuk menyelesaikan persengketaan ketika  berkecamuk kezaliman. Atau ilmu pengetahuan itu ialah jidal  (perdebatan), yang diperalat oleh orang yang mencari kemegahan untuk memperoleh kemenangan dan keuntungan. Atau ilmu pengetahuan itu ialah sajak yang dihiasi, yang dipergunakan oleh juru-juru nasehat supaya dapat mempengaruhi orang awam. Karena mereka itu, tidak melihat, selain dari yang tiga tadi, tempat memburu yang haram dan menangguk harta kekayaan duniawi.

Adapun ilmu jalan akhirat yang ditempuh ulama-ulama terdahulu yang saleh, yang dindmakan oleh Allah swt. dalam KitabNya dengan Fiqih, Hikmah, Ilmu, Cahaya, Nur, Hidayah dan Petunjuk, maka telah dilipat dari orang banyak dan menjadi hal yang dilupakan.

Manakala hal yang demikian itu menghancurkan Agama dan mendatangkan bahaya yang mengerikan, maka aku berpendapat bahwa berusaha menyusun kitab ini, adalah penting untuk Menghidupkan Kembali Ilmu-ilmu Agama (Ihya' Ulumiddin), membukakan jalan yang dilalui imam-imam yang terdahulu dan memberipenjelasan maksud dari ilmu pengetahuan yang berguna, dari nabi-nabi dan ulama-ulama terdahulu yang saleh.

Aku buat dasar kitab ini empat bahagian besar (empat rubu') yaitu:

1. bahagian (rubu') per'ibadatan (rubu' 'ibadah).
2. bahagian (rubu') pekerjaan sehari-hari (rubu'adat kebiasaan).
3. bahagian (rubu') perbuatan yang membinasakan (rubu'almuhlikat).
4. bahagian (jubu') perbuatan yang menyelamatkan (rubu' almunjiyat).

Aku mulai sejumlah dengan "kitab ilmu", karena ilmu itu  amat penting, untuk pertama-tama aku bentangkan, tentang ilmu, di mana segala orang berbakti kepada Allah dengan menuntutnya,
di atas sabda Rasul saw. yang bersabda : 

(Thalabul 'ilmi fariidlatun 'alaa kulli muslim)
Artinya :
"Menuntut ilmu itu wajib atas tiap-tiap muslim".
(1) Diriwayatkan Ibnu Majah dari Arias. Dipandang dha'if oleh Al-Baihaqi dan lainnya.

Akan aku bedakan padanya, ilmu yang bermanfa'at, dari ilmu yang mendatangkan melarat. Karena Nabi saw. bersabda : 

(Na'uudzu billaahi min 'ilmin laa yanfa').
Artinya :
"Kita berlindung dengan Allah, dari ilmu yang tidak bermanfa'at". (1). 

(1) Diriwayatkan Ibnu Majah dari Jabir, dengan isnad baik.

Aku akan buktikan kecenderungan manusia sekarang, jauh dari bentuk kebenaran. Tertipunya mereka dengan kilatan patamorgana. Dan kepuasan mereka dengan kulit ilmu, tanpa isi.



Bahagian (rubu') ibadah, melengkapi sepuluh kitab :

1. Kitab ilmu.
2. Kitab kaidah-kaidah i'tikad (aqidah).
3. Kitab rahasia (hikmah) bersuci.
4. Kitab hikmah shalat.
5. Kitab hikmah zakat.
6. Kitab hikmah shiam(puasa).
7. Kitab hikmah hajji.
8. Kitab adab (kesopanan) membaca Al-Qur-an.
9. Kitab dzikir dan do'a.
10. Kitab tartib wind pada masing-masing waktunya.

Bahagian (rubu') pekerjaan sehari-hari melengkapi sepuluh kitab :

1. Kitab adab makan.
2. Kitab adab perkawinan.
3. Kitab hukum berusaha (bekerja).
4. Kitab halal dan haram.
5. Kitab adab berteman dan bergaul dengan berbagai golongan
manusia.
6. Kitab 'uzlah (mengasingkan diri).
7. Kitab adab bermusafir (berjalan jauh).
8. Kitab mendengar dan merasa.
9. Kitab amar ma'ruf dan nahi mungkar.
10. Kitab adab kehidupan dan budi-pekerti (akhlaq) kenabian.


Bahagian (rubu') perbuatan yang membinasakan, melengkapi sepuluh kitab :

1. Kitab menguraikan keajaiban hati.
2. Kitab latihan diri (jiwa).
3. Kitab bahaya hawa nafsu perut dan kemaluan.
4. Kitab bahaya lidah.
5. Kitab bahaya marah, dendam dan dengki.
6. Kitab tercelanya dunia.
7. Kitab tercelanya harta dan kikir.
8. Kitab tercelanya sifat suka kemegahan dan cari muka (ria).
9. Kitab tercelanya sifat takabur dan mengherani diri ('ujub).
10. Kitab tercelanya sifat tertipu dengan kesenangan duniawi.

Bahagian (rubu') perbuatan yang melepaskan, melengkapi sepuluh kitab : 


halus-halus dan sifat memelihara diri yang tersembunyi pada tempat-tempat lalunya. Yaitu, yang harus dipunyai oleh orang yang beragama.

Adapun bahagian perbuatan yang membinasakan, maka akan saya terangkan nanti semua budi pekerti yang tercela yang tersebut dalam Al-Qur-an, dengan menghilangkannya membersihkan jiwa dan mensucikan hati daripadanya. Saya akan terangkan masing-masing dari budi pekerti itu, batas dan hakikatnya. Kemudian akan saya sebutkan sebab terjadinya, kemudian bahaya yang timbul dari padanya, kemudian tanda-tanda mengenalinya, kemudian cara mengobatinya supaya terlepas kita dari padanya. Semuanya itu, disertai dengan dalil-dalil ayat, hadits dan kata-kata shahabat Nabi (atsar).

Adapun bahagian perbuatan yang melepaskan, maka akan saya terangkan semua budi pekerti yang terpuji dan keadaan yang disukai, yang menjadi budi pekerti orang-orang muqarrabin dan shiddiqin, yang mendekatkan hamba kepada Tuhan semestaalam. Saya akan terangkan pada tiap-tiap budi pekerti itu, batasnya, hakikatnya, sebab yang membawa tertarik kepadanya, faedah yang dapat diperoleh daripadanya, tanda-tanda untuk mengenalinya dan keutamaan yang membawa kegemaran kepadanya, serta apa yang ada padanya, dari dalil-dalil syari'at dan akal pikiran,

Penulis-penulis lain sudah mengarang beberapa buku mengenai sebahagian dari maksud-maksud tadi. Akan tetapi kitab ini, berbeda dari buku-buku itu dalam lima hal :

1. Menguraikan dan menjelaskan apa yang ditulis penulis-penulis lain secara singkat dan umum.
2. Menyusun dan mengatur apa yang dibuat mereka itu berpisah-pisah dan bercerai-berai.
3. Menyingkatkan apa yang dibuat mereka itu berpanjang-panjang dan menentukan apa yang ditetapkan mereka.
4. Membuang apa yang dibuat mereka itu berulang-ulang dan menetapkan dengan kepastian diantara yang diuraikan itu.
5. Memberi kepastian hal-hal yang meragukan yang membawa kepada salah paham, yang tidak disinggung sedikitpun dalam buku-buku yang lain. Karena semuanya, walaupun mereka itu menempuh pada suatu jalan, tetapi tak dapat dibantah, bahwa masing-masing orang salik (orang yang berjalan pada jalan Allah) itu mempunyai perhatian tersendiri, kepada sesuatu hal yang tertentu baginya dan dilupakan teman-temannya. Atau ia tidak lalai dari perhatian itu, akan tetapi lupa dimasukkannya ke dalam buku-bukunya. Atau ia tidak lupa;akan tetapi ia dipalingkan oleh sesuatu yang memalingkannya dari pada menyingkapkan yang tertutup daripadanya.

Maka inilah keadaan-keadaan khusus bagi kitab ini serta mengandung pula semua ilmu pengetahuan itu.

Sesungguhnya yang membawa aku mendasarkan kitab ini pada empat bahagian (rubu), adalah dua hal :

Pertama :
-yaitu pendorong asli— bahwa susunan ini pada menjelaskan hakikat dan pengertian, adalah seperti ilmu dlaruri (ilmu yang mudah, tak memerlukan kepada pemikiran mendalam). Sebab pengetahuan yang menuju ke akhirat itu, terbagi kepada ilmu mu'amalah dan ilmu mukasyafah.

Yang dimaksud dengan ilmu mukasyafah ialah yang diminta mengetahuinya saja. Dan dengan ilmu mu'amalah ialah yang diminta, di samping mengetahuinya, hendaklah diamalkan. Dan yang dimaksudkan dari kitab ini, ialah ilmu mu 'amalah saja, tidak ilmu mukasyafah, yang tidak mudah menyimpannya di buku-buku, meskipun menjadi tujuan maksud para pelajar dan keinginan perhatian orang-orang shiddiqin.

Dan ilmu mu'amalah itu adalah jalan kepada ilmu mukasyafah. Tetapi, para nabi -rahmat Allah kepada mereka- tidak memperkatakan pada orang banyak, selain mengenai ilmu untuk jalan dan petunjuk kepada ilmu mukasyafah itu.

Adapun ilmu mukasyafah, mereka tidak memperkatakannya selain dengan jalan rumus dan isyarat, yang merupakan contoh dan kesimpulan. Karena para Nabi itu tahu akan singkatnya paham orang banyak untuk dapat memikulnya.

Alim ulama itu adalah pewaris Nabi-nabi. Maka tiada jalan bagi mereka untuk berpaling daripada mengikuti dan mematuhinya. Kemudian, ilmu mu'amalah itu terbagi kepada :

1.   ilmu dhahir, yaitu ilmu, mengenai amal perbuatan anggota badan.
2.   Ilmu bathin, yaitu ilmu mengenai amal perbuatan hati dan yang melalui pada anggota badan. Adakalanya adat kebiasaan dan adakalanya 'ibadah.

Dan yang datang pada hati, yang dengan sebab terdinding dari pancaindra,termasuk bagian alam malakut, adakalanya terpuji dan adakalanya tercela. Maka seharusnyalah, ilmu ini terbagi dua, yaitu : dhahir dan bathin.
Bagian dhahir yang menyangkut dengan anggota badan, terbagi kepada adat kebiasaan dan ibadah.


Bagian bathin yang menyangkut dengan hal ihwal hati dan budi pekerti jiwa, terbagi kepada : yang tercela dan yang terpuji. Jadi, semuanya berjumlah empat bahagian. Dan tidaklah kurang perhatian pada ilmu mu'amalah, dari bahagian-bahagian ini.

Pendorong Kedua :
yang menggerakkan untuk menyusun kitab ini menjadi empat bahagian, ialah aku melihat keinginan para pelajar, besar sekali kepada ilmu fiqih, ilmu yang layak bagi orang yang tidak takut kepada Allah swt., yang memperalat ilmu itu untuk mencari kemegahan dan penonjolan dengan kemegahan serta kedudukan
dalam perlombaan. Dan ilmu fiqih itu terdiri dari empat bahagian.
Dan orang yang menghiasi dirinya dengan hiasan yang disukai orang banyak, tentu dia akan disukai. Maka aku tidak jauh dalam membentuk kitab ini dengan bentuk fiqih untuk menarik hati golongan pelajar-pelajar. Dan karena inilah, sebahagian orang yang ingin menarik hati pembesar-pembesar kepada ilmu kesehatan, bertindak lemah lembut, lalu membentuknya dalam bentuk ilmu bintang dengan memakai ranji dan angka. Dan menamakannya ilmu taqwim kesehatan, supaya kejinakan hati mereka dengan cara itu menjadi tertarik kepada membacanya.
Berlemah-lembut menarik hati orang kepada ilmu pengetahuan yang berguna dalam kehidupan abadi, adalah lebih penting daripada kelemah-lembutan menariknya kepada ilmu kesehatan, yang faedahnya hanya untuk kesehatan jasmaniyah belaka.

Faedah pengetahuan ini ialah membawa kesehatan kepada hati dan jiwa yang bersambung terus kepada kehidupan abadi. Apalah artinya ilmu kesehatan itu yang hanya dapat mengobati tubuh kasar saja, yang akan hancur binasa dalam waktu yang tidak lama lagi. Kita bermohon kepada Allah swt. akan taufiq bagi petunjuk dan kebenaran. Bahwa Allah Maha Pemurah lagi Maha Pengasih.